Rabu, 10 September 2008

ini sajak bulan ramadhanku


Pertanyaan untuk Tuhan

wahai tuhan yang agung

seberapa besar cinta kau berikan kepada kami

hingga sujud harus menjadi persembahan

padahal tetap saja kami merana

di manakah kau sembunyikan malaikatMu

ketika kami menderita

padahal

sekejap pun kau tak lalai pada kami

haruskah kepada daut, musa, yesus

kami harus mengadu

ataukah kepada sang budha gautama harus menghiba

sementara kaulah tuhan kami

sungguh hanya engkau

wahai tuhan agung

kenapa kau ciptakan manusia, mengaku sebagai nabimu

sementara mohamad, telapakmu yang akhir

sungguh kami tak tau, kemana harus mencariMu

di lorong-lorong zabur kami mengejarMu

tapi hati kami teringat taurad

berlari kami menebas taurad

tapi sungguh, jiwa kami ingin injil

kami jelajahi injil, bayangMu ada di Al-Quran

hingga akhirnya jiwa kami terombang-ambing bagai sampan dalam lautan

kitab-kitab

tuhan kami ingin menemuMu dalam satu kitab.

3 ramadhan 1429 H


Pada suatu malam


mari wahai saudara,

kita giring tuhan ke diskotik

lalu kita suguhkan anggur dan rica-rica musang

hingga mabuk menjadi perjamuan

lantas kita biarkan tuhan bergoyang

dengan irama syair-syair manakib kaum malam

kita gantikan ia barang semalam

sebagai pengatur munajah-munajah manusia

kita jadikan malaikat sebagai pemulung, petani,

pengemis

juga kita bangunkan para nabi dari matinya

kita ciptakan kembali mereka

menjadi para pelacur-pelacur penguras harta rakyat

di istana tuhan yang telah mabuk, kita pesta pora dengan bidadari surga

kita padamkan neraka

para iblis dan setan

kita jadikan malaikat dan nabi

tapi, cukup untuk malam ini

lantas besok pagi kita akan dapati

tuhan terbangun kesiangan dengan sebotol anggur di tangan.

3 ramadhan 1429 H


Dunia para nelangsa



kusaksikan berjuta manusia menggiring tuhan-tuhan

tangannya terikat dengan rantai besi

wajahnya kuyu,

sungguh bagai kambing diarak ke padang rumput

sang budha, sang yesus juga daut

adalah tawanan pengemis, buruh juga pelacur-pelacur

orang-orang tak terima akan nasibnya

dianggap hina oleh tuhan-tuhan itu

o,

nelangsa para tuhan

di bawah terik yang meraja, diguyurnya mereka anggur-anggur duka

beriring sorak-sorak kemenangan

adalah sebuah pertanda

para tuhan merunduk mohon pengampunan

tak ingin menjadikan mereka tersiksa

tapi sayang, tak digubrisnya

hanya sorak membahana sebagai jawabnya

pengemis, buruh dan pelacur-pelacur itu

menganggap hanya janji

seperti tokoh politik sedang kampanye

setelahnya mereka akan melupakan yang diucapnya

dalam terik yang menjadi

mereka tinggalkan para tuhan

sembari menari-nari

adalah ritual kemenangan, sebagai penuntas pengadilan tuhan.

3 ranadhan 1429 H

Ha ha ha..dunia jungkir balik


ha ha ha ha

mari kita arak tuhan dan malaikat

ziarah ke kubur-kubur penjahat, perampok dan pelacur

lihat, wajahnya semuram senja yang gerimis

tuhan itu menangis

di samping nisan mantan perampok yang meninggal ditembak tentara

air matanya merah api neraka

tangisnya bagai orkestra petir-petir

di kubur, para mantan perampok, penjahat dan pelacur

tak sedikitpun terbangun

bencinya telah membatu

menyapa tuhanya pun enggan

tuhan semakin merunduk luka

dadanya mendegup penyesalan

sementara di kolong-kolong kota

rumah-rumah tetap saja ribut kemalingan

para perampok telah menganak-pinakkan ilmunya

sementara di hotel-hotel berbintang

para kiyai asyik berkaraoke

di sampingnya perempuan denngan rok mini

lantas malamnya akan ceramah tentang azab umat yang suka melacur

ha ha ha ha, tuhan menangis

dunia telah jungkir balik

pertanda tuhan tak lagi mampu memimpin

sebagai yang diagung-agungkan.

7 ramadhan 1429 H


1 komentar:

Eko Putra mengatakan...

singgah meraung...