Sajak-sajak isuur loeweng S
Orkestra risau
lengkung malam yang basah
membawaku pada ruas gelisah kita
adinda, di alir air matamu
ada sujud yang dalam
aku membacanya, dalam desir dadaku
saat kau tenggelam pada masa lalu
hingga membentuk retak
di tatap matamu, basah
rumput-rumput merebah pilu
menatap gejala yang kau kirim
gemerisiknya begitu asing,
adinda, eratkan dzikirmu
masih, pada malam
aku meluka atas risaumu
cahaya tak berpendar
walau purnama begitu sempurna
19 06 2008
Nyanyian ilalang
riuh dendang pagi yang kering
tembang ilalang membawa kabar
dari jerit-jerit kematian, hingga
lesap merobek jiwa
tangan, mengepal
genggam beribu kecewa, lalu
ilalang cipta gelombang angin
kirimkan pada seluruh dada
amboi kenapa kalian diam
amboi kenapa kalian tenang
periuk telah lama tak mengebul, dan
hari menjadi terasa gersang
anak-anak tak merasa merdeka
apa kata dunia!
19 06 2008
Dzikir alam
entah telah berapa banyak
debu menari-nari, beriring somfoni angin
membawa dengung kepenatan
dari panas yang meraja
hijau daun telah meranggas
kicau burung telah sunyi
memaknai alam yang merintih
menyimpan dendam alam yang menangis
denyut jantung bumi berdetak lamban
wajahnya penuh bopeng luka
ulah meriam-meriam kerakusan manusia
tapi, ratap hanya harap
siang yang gagap
panas dan debu yang liar
mengoyak-koyak damai alam
bersama dentum rapat-rapat penghancuran
entah,
kerakusan apa lagi!!
19 06 2008
Melayat langit*
suara tangis mendayu-dayu
menjilma orkestra kesedihan
langit gelap, memendam risau
dari ribuan luka
berduyun tangis,
deburan air mata
leasap mendzikir resah
terbata-bata
risau-risau membatu
menunggu zaman berganti
masih, langit berduka
tangis-tangis melayat lelah
20 06 2008
* Judul buku Kilang Sastra Batu Karaha
Sujud duka
rebah rerumputan
menghimpun sujud bersama dingin
banjir tangis
menunggu tuhan berkelana
rindu menjilma luka
di sela ruang,
ayat-ayat magis hati
lesap menyayat malam
pilu
meretak jiwa, berduka
dan langit tak lagi meneduh
menjadi bara dalam dada.
21 06 2008
Ruas malam
malam menjadi kelabu,
bersama bulan meredup,
tanpa bintang
tertikam risauMu
yang dalam
sayap-sayap rinduku mematah
lesap memaki langit
pandangi adam yang berpulang
tanpa menggendong hawa
jala hatiku, lantak
menjilma gelisah
memandang berpendarnya
rinduku yang meluka
entah
lambang apa yang Kau kirim
lalu, menjadi doa
sebagai penghabisan
25 06 2008
Melukis wajah tuhan
setiap jengkal malam, melukis wajah tuhan
di antara makrifat-makrifat kekal-Nya
mengelepar jiwa yang resah
segores pun entah
lagi,
sketsa-sketsa sujud menerobos dinding
menyibak semak
membayang wajah tuhan
serasa menari dalam gemericik sungai
mengalir
goresnya samar
masih jauh menuju sempurna.
semakin mengalir
bersama alunan ayat-ayatMu
menjilma rindu,
resah, cinta dan luka
goresnya nyata.
25 06 2008
Balada rerumputan
liukku rerumputan
menggemulai desah angin
menjadi aroma dzikirku
berpendar, resap
sujudku rerumputan
runduk teduh
takbirku rerumputan
gemerisik lengking
merobek duka, atas nama tuhan
26 06 2008
Ritus senja
senja meluruh, aku
berlari mencari aku-ku
di jengkal samar suara adzan
menusuk
dalam
meretas rindu
dalam sujud yang asing
menikmat
menjilma gerak yang sendu
aku mengejar akuMu
menembus ngilu dalam deburMu
romansa
ah, menggelora
gelepar-menggelepar
cahaya memendar
perciknya merindu
akuMu menembus duka
sunyi.
27 06 2008
Legenda Ritus Hati
adam yang damai
sebagai permula manusia
azazil risau, ketika tuhan mengutusnya
menyembah adam sempurna
padang cinta tersimpan dalam hati
adam, ruh bersemayam, dari
tuhanya juga tuhanku
rindu
azazil resah, simpan luka
“tuhan tak adil” teriaknya
hanya quldi pelurunya
adam resah, membawa hati
menggendong hawa
adalah rusuknya.
03 07 2008
Tembang tentang perjalanan
kematian adalah peradaban
merindu tuhan dalam sunyi
membekal amal yang entah
antara barzah dan maya
aku-ku memberi cahaya yang membias
tak membawa duka-duka
begitu sesunyi
tak lembar-lembar bersampir
adalah nisan pertanda
hanya tanda
sebagai pengingat
dari peradaban
menuju kekal
juli 2008
1 komentar:
PLease visit us at http://airsetitik.tk
Regards-Airsetitik Team
Posting Komentar