Kamis, 01 September 2016

tentang isuuRProject



Tentang isuuRProject

isuuRProject merupakan lembaga yang semuanya adalah kegiatan proses kreatif isuur loeweng suroto. Baik Teater, sastra, tari dan musik yang digagas dan dikonsep oleh isuur loeweng suroto. Tetapi dalam melakukan proses kreatif tidak menutup kemungkinan berkolaborasi dengan pelaku yang lain untuk kelangsungan proses tersebut. Tentunya sebagi tuntutan visual dan artistic.
isuuRProject didirikan isuur loeweng suroto pada tahun 2016, hal ini merupakan perwujudan dari dorongan berbagai pihak untuk lebih menfokuskan proses kreatifnya. Dengan pertimbangan yang masak dan penuh kesadaran serta siap menerima resiko dari luar lingkungan proses kreatifnya isuur memberanikan diri membentuk lembaga tersebut. isuuRProject melakukan proses kreatinya selalu didasari cerita maupun gerak yang berakar dari lokalitas kemudian digarap dengan kekinian maupun kontemporer.
isuuRProject bisa diakses melalui instangram : isuurartproject, facebook : isuur penyair tigaperempatgila, email : isuurloeweng@gmailcom, blog : isuuRProject, kontak : 0823 2831 9343. Alamat : Jalan Bugisan, Jomegatan RT 06, Ngestiharjo, Bantul, Yogyakarta.


Kamis, 12 Mei 2016

sebuah catatan

Seniman, Pekerja Seni dan Nye-niman
Coretan ketakutan
Menasbihkan diri atau ditasbihkan orang lain, sebuah profesi itu tentunya memiliki efek yang berbeda-beda. Seperti halnya profesi yang cukup unik, yaitu seniman. Kenapa saya mengatakan unik, sebab profesi sebagai seniman tentunya akan terlihat dan mempunyai spesifikasi yang jelas. Salah satunya (mungkin) berambut gondrong dan pakaian seadanya. Bahkan terkadang ada yang bangga dengan pakaian sobek-sobek. Dalam hal ini sebenarnya saya hanya ingin menulis atau membiarkan diri saya sendiri. Saya tidak ingin bicara tentang orang lain, walau orang yang mendedikasikan hidupnya seperti saya juga banyak. Banyak berita yang tertulis di koran maupun berita televisi, mereka bilang kalau hidupnya akan didedikasikan untuk menari, menulis, melukis, bermain musik, berteater atau apa saja. Begitu juga dengan saya, saya pernah mengatakan kepada banyak kawan atau beberapa tulisan saya, bahwa saya berjanji untuk mendedikasikan hidup saya untuk kesenian. Dalam hal ini, lantas saya tidak ingin mengatakan diri saya seniman, sebab menasbihkan dirinya menjadi seorang berprofesi tertentu harus diimbangi dengan ilmu yang mumpuni. Hampir 26 tahun saya naik dan turun panggung, baik menjadi pelaku maupun menjadi pelengkap dalam sebuah event pertunjukan maupun pameran seni rupa. Selama 26 tahun pula saya belajar kesenian, banyak hal yang saya temui. Baik dari segi pertemuan dan proses dengan induvidu maupun kelompok. Selain itu saya juga banyak belajar tetang ke-ilmuan dibidang yang memang saya geluti. Apa saja. Namun selama hampir 26 tahun saya berkiprah di dunia seni saya tidak berani sekalipun mengatakan bahwa saya seorang adalah SENIMAN. Ada persoalan mendasar kenapa saya tidak berani mengatakan bahwa saya seniman, sebab seniman adalah pekerjaan yang cukup berat. Mempunyai tanggungjawab baik secara mental maupun tanggungjawab sosial yang berat. Seorang seniman adalah orang yang mempunyai ilmu tinggi dalam bidangnya, pencipta sebuah karya seni dan diakui oleh banyak orang maupun lembaga. Bukan diri sendiri yang menasbihkan dirinya sebagai seniman, predikat kesenimanan seseorang itu akan muncul dengan sendirinya. Tentunya dengan berbagai aspek yang mendukung, salah satunya adalah mempunyai karya dan bisa dipertanggungjawabkan terhadap publik dan masyarakat. Tetapi ini adalah pendapat saya, sebab saya yakin orang akan berpendapat lain.
Saya lebih suka menyebut diri saya sebagai buruh seni, atau pekerja seni. Kenapa begitu, sebab saya merasa tidak mempunyai beban begitu berat dalam menyandang sebuah profesi. Seorang buruh bagi saya adalah orang yang bekerja sesuai dengan kemampuannya, begitu juga seorang pekerja. Pekerja itu akan melakukan apa saja asalkan dia mendapatkan mandat atau terkadang mengerjakan apa yang menjadi idenya. Hal inilah yang selama ini bisa membuat saya bertahan menjalani apa yang sudah saya pilih. Sebab dengan begitu, saya akan tetap istikomah dan tidak memberatkan diri sendiri hanya karena menanggung sebuah nama yang bagi saya sangat terhormat, yaitu SENIMAN.
Lain lagi dengan Nye-niman. Bagi saya nyeniman adalah bagian dari branding seseorang yang merasa dirinya seniman. Hal semacam ini banyak kita jumpai dalam kalangan maupun komunitas-komunitas kesenian. Nyeniman ini mempunyai satu faktor yang kadang sangat mencolok, yaitu cara berpakaian dan berperilaku. Tetapi memang tidak semuanya. Dulu saya pernah mengalami fase semacam ini pada saat sedang menimba ilmu di sekolah kesenian. Tetapi saya sadar, bahwa saya ternyata sedang berlaku menjerumuskan diri saya sendiri di hadapan para seniman-seniman besar. Saya sempat berkata pada diri saya, begitu munafik saya dengan profesi yang sangat berat ini. Lantas lambat laun saya mencoba untuk mengikis ego saya yang sok nyeniman itu, saya hanya tidak ingin terjebak pada sebuah tanggungjawab dengan menasbihkan sebagai seorang SENIMAN.  Hal-hal semacam inilah yang mendasari saya, hingga detik ini tidak berani mengatakan kalau diri saya seorang SENIMAN. Tetapi saya sudah berjanji pada diri saya, bahwa saya akan mendedikasikan hidup saya di dunia seni. Apakah dengan begitu, lantas saya bisa menyebut diri saya adalah seniman, tentu saja tidak. Bagaimana menurut anda?


Isuur loeweng suroto

Jumat, 06 Mei 2016

Tentang Sebuah Opini



Memilih Pemimpin Pembangun
Menyongsong Pilkada Kota Yogyakarta

Pesta demokrasi baik pemilihan DPR, presiden, gubernur maupun walikota dan bupati adalah pesta.  Tahun depan Kota Yogyakarta akan melakukan pesta demokrasi untuk mencari pemimpin. Banyak manuver yang dilakukan banyak kalangan memunculkan calon-calon untuk segera dikenalkan kepada publik. Bentuk uforia masyarakat dan kalangan tertentu baik partai maupun komunitas sudah memulai melakukan manuver. Semacam melakukan proses penjaringan dan juga seleksi secara independent maupun internal. Tetapi ada juga yang mencoba hadir sebagai sosok yang ingin maju dengan kekuatan sendiri, tentunya dengan slogan-slogan terbaik. Baliho terpasang di sudut-sudut jalan kota. Baik tokoh baru maupun tokoh lama yang sudah pernah maju, bahkan masih aktif memimpin.
Hal ini, terkadang hanya sebuah kegiatan komtemporer, ada banyak alasan sebenarnya yang dilakukan oleh banyak kalangan. Salah satu indikasinya adalah pamer kekuatan kelompok, baik partai maupun komunitas independent. Hingga pada akhirnya akan merasa menjadi pahlawan yang paling depan dalam perjuangan mencalonkan tokoh tertentu. Masyarakat bawah yang notabene berperan paling penting untuk menjadikan tokoh tersebut memimpin tetap saja hanya disuguhi slogan dan janji. Tahun 2017 Kota Yogyakarta harus mempunyai pemimpin yang membangun, bukan sekadar menjadi pemimpin bagi golongannya sendiri. Sebab sejauh ini, banyak masyarakat yang pada saat pesta demokrasi berseberangan dengan tokoh yang terpilih, maka nasib mereka kurang diperhatikan. Dalam hal ini arti membangun yang saya ungkapkan adalah membangun segala aspek. Tidak hanya membangun fisiknya saja, sebab Kota Yogyakarta masih banyak lini yang harus menjadi perhatian bagi pemimpinnya. Soal mental masyarakatnya, keamanan, infrastruktur, kemiskinan dan lain sebagainya. Satu hal yang lebih penting adalah, pemimpin yang siap memberikan pelayanan 24 jam plus bagi masyarakatnya. Tidak hanya saat jam kantor saja pemimpin siap melayani. Sebab kedekantan masyarakat antara pemimpin lebih nyaman terjalin di luar gedung megah yang dibangun dari pajak rakyat. Masyarakat juga harus dilibatkan secara maksimal dalam membangun sebuah daerah. Tidak hanya sebagai penikmat pembangunan yang kadang justru pembangunan itu membuat masyarakat terganggu.
Dua hal yang masyarakat mesti tau dalam menentukan dukungannya. Hal pertama adalah pemimpin harus memahami betul tentang manajemen pemerintahan. Bagaimana pemimpin itu mengatur dan menempatkan pejabat-pejabat terbaik sesuai dengan ilmunya. Bukan justru penempatan pejabat karena kedekatan atau hal lainnya. Kedua msyarakat juga tidak boleh silau karena tingkat elektabilitas calon pemimpin yang mengikuti kontes pemilihan. Sebab tingkat elektabilitas dan popularitas tidak menjamin setelah terpilih bisa menjadi pemimpin yang cerdas dalam menyikapi semua persoalan yang terjadi. Tidak jarang tingginya tingkat elektabilitas dan popularitas hanya setrategi dari tim masing-masing calon. Apalagi Kota Yogyakarta sebagai ibukota pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai persoalan yang kompleks. Manajemen seorang pemimpin harus sangat mumpuni, kalau tidak jangan-jangan yang terjadi justru kemunduran.
Menuju pemilihan walikota dan wakil walikota tahun 2017 banyak nama calon muncul. Sebut saja Garin Nugroho, sutradara film kondang itu maju dari jalur independent. Kemudian dari jalur partai muncul dua tokoh incumbent, Haryati Sayuti dan Imam Priyono. Ada juga nama dari calon partai dan mungkin sosok baru, ada Fuad Andreago, Arif Nur Hartanto dan sederet nama lain. Bahkan Garin sudah dideklarasikan oleh komunitas dari jalur independent akan berdampingan dengan Rommy Heryanto. Pasangan ini harus mengumpulkan sedikitnya 26 ribu dukungan dengan syarat Kartu Tanda Penduduk (KTP) dari masyarakat. Munculnya jalur independent tahun 2017 pemilihan walikota dan wakil walikota Kota Yogyakarta, adalah warna baru dalam kancah pesta demokrasi di Kota Yogyakarta. Tahun-tahun sebelumnya hanya calon-calon kader terbaik menurut partai yang muncul, bukan kader terbaik menurut masyarakat. Kedepan mungkin masih akan muncul lagi tokoh lain dari jalur independet. Hal ini sangat memberikan warna dan tantangan bagi masyarakat untuk memberikan dukungan dan memilih pemimpin terbaiknya. Jangan sampai seperti pepatah “membeli kucing dalam karung”. Asal comot atau asal pilih setelah dipilih justru marah-marah karena pilihannya keliru. Ini yang sering terjadi setelah merasakan perjalanan pemimpin yang dipilihnya.
Dalam hal ini, saya yakin bahwa masyarakat Kota Yogyakarta sudah menjadi masyarakat yang cerdas dalam menentukan pemimpinnya. Artinya, kedepan diharapkan akan muncul pemimpin yang benar-benar sebagai pemimpin pembangun Kota Yogyakarta secara menyeluruh. Masyarakat jangan sampai silau dengan janji-janji yang muluk-muluk saat kampanye. Apalagi memilih dikarenakan amplop yang berisi uang jumlahnya tidak seberapa. Sebab pemimpin yang melakukan strategi semacam itu, pasti nantinya akan bekerja untuk keuntungan dan kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Masyarakat akan menjadi orang terakhir yang diperhatikan setelah dirinya dan koloninya sukses. Bagaimana menurut anda?
Jaman sekarang, politik uang sudah sangat kuno, sebab hal paling utama dalam menarik simpati masyarakat adalah kekuatan hubungan antara pemimpin dan masyarakatnya. Bukan janji dan program yang akhirnya tidak bisa direalisasikan karena alasan keterbatasan anggaran pemerintah. Masyarakat sudah jenuh dengan janji-janji dan wacana baik dari tim sukses maupun dari calon itu sendiri. Hal itu banyak dibuktikan pada pemilihan kepala daerah di kota atau kabupaten lain. Incumbent banyak yang tumbang karena pada masa kampanye dan masa pemerintahannya kebanyakan janji. Masyarakat sudah tidak bisa dibodohi dengan janji dan program kesejahteraan. Tetapi tindakan riil dari pemimpin, terutama apa yang sudah disampaikan pada masa kampanye. Masyarakat ingin dilayani, bukan dijanjikan. Masyarakat minta diayomi dan diperhatikan dari setiap persoalan yang sedang terjadi di lingkungannya. Tetapi bukan berarti masyarakat juga bisa menuntut seenaknya kepada pemimpinnya, sebab prosedur pemerintahan juga harus tetap dijalani.
Kepada Kota Yogyakarta, selamat menyongsong pesta demokrasi dalam memilih pemimpin baru. Masyarakat merindukan dan mengharapkan pemimpin yang pembangun daerahnya disegala aspek. Selamat berjuang bagi para calon-calon yang akan bertarung dalam pesta demokrasi tahun 2017. Sosialisasi yang santun dan penuh persaudaraan akan meberikan simpatik yang baik bagi masyarakat. Visi dan misi yang mempunyai kekuatan memajukan daerah dengan program-program ungulan adalah hal wajib disusun jauh-jauh hari. Sebab menurut saya hal itu salah satu faktor penentu keberhasilan bagi pasangan calon yang akan maju. Pendekatan-pendekatan santun terhadap masyarakat saya pikir mempunyai kekuatan yang lebih unggul ketimbang mengumpulkan masa di lapangan. Masyarakat tidak semua simpatik dengan kampanye terbuka yang terkadang justru memberikan cacat terhadap pasangan sendiri. Sebab kegiatan semacam itu sering menimbulkan konflik hingga menimbulkan penurunan simpatik dari masyarakat. Para calon yang akan bertarung harus mempunyai setrategi yang lebih elegan dan santun. Turun langsung ke masyarakat saya pikir jauh lebih efektif dalam mencari simpati, namun hal ini memang jarang dilakukan oleh calon secara langsung. Justru tim sukses yang datang ke masyarakat dengan menyampaikan janji-janji yang terkadang calonnya sendiri tidak tahu apa yang disampaikan timnya ke masyarakat. Banyak juga kejadian money politik atau pembagian barang ke masyarakat oleh pendukung calon. Tetapi saat terjadi laporan masyarakat atas kejadian itu, tim sukses maupun calon mengelak dan bersikap tidak tahu-menahu.
Mari kita sukseskan bersama pemilihan pemimpin Kota Yogyakarta dengan damai dan penuh kearifan. Jangan berikan pendidikan buruk terhadap masyarakat pemilih, apalagi Kota Yogyakarta banyak pemilih pemula. Kalau para calon yang ikut kompetisi memulai dengan pembagian amplop dengan misi tertentu maka secara tidak langsung calon atau tim sukses tersebut sudah memberikan pembodohan terhadap masyarakatnya sendiri. Salam damai dan selamat bertarung tahun 2017, menuju Kota Yogyakarta yang mempunyai pemimpin pembangun.

 Isuur Loeweng Suroto
Tinggal di Yogyakarta




Museum, Masyarakat dan Pariwisata

Museum, ketika membaca kata itu kita akan segera menuju benda-benda sejarah yang penuh historis. Namun dibalik itu adalah yang membuat kita mengelus dada, sebab tidak kita pungkiri, obyek wisata yang berupa Museum akan selalu sepi dari obyek wisata lainnya. Dewasa ini tempat wisata, seperti rumah makan, watter boom, agro wisata lebih menarik daripada museum yang sebenarnya menyimpan ilmu yang tidak ternilai.
Kenapa sebab?
Menurut pemikiran saya, museum sudah tidak menarik dengan kemasan yang statis, dari mulai berdirinya hingga kurun waktu yang lama. Dengan dasar seperti itu masyarakat merasa bosan untuk datang ke museum. Padahal bila kita lihat hampir semua museum yang ada di Yogyakarta bangunan fisiknya tidak ada yang tidak layak dikunjungi. Semua hampir dalam kondisi sempurna. Kenapa hal itu tidak membuat tertarik untuk berkunjung dan menghabiskan sedikit waktunya untuk menikmati koleksi museum. Padahal masyarakat selalu saja mencari sesuatu yang baru sebagai pengobat kejenuhan sehari-hari. Tercatat ada sekitar 55 museum yang tersebar di Yogyakarta. Dari jumlah tersebut tentunya akan banyak menemukan hal-hal yang berbeda. Tetapi kalau hanya mendatangi museum, dengan obyek yang tidak pernah berubah, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Kecuali mereka yang sedang mengadakan penelitian tentang benda bersejarah. Itupun hanya akan mendapatkan data kasar, sebab mereka tidak bisa melakukan penelitian secara detail, disebabkan fasilitas di museum untuk melakukan penelitian tidak memadahi, bahkan bisa dikatakan tidak ada.
Sebenarnya banyak hal yang bisa dikembangkan oleh pihak museum, tentunya untuk menunjang daya tarik masyarakat. Sebab kalau hanya itu-itu saja akan membosankan. Tentunya hal semacam itu tidak mudah dilakukan oleh pihak museum sendiri. Sebab museum merupakan sebuah lembaga pamerintah yang tidak mudah untuk memutuskan sesuatu secara sepihak. Lain halnya dengan museum milik pribadi atau swasta dan tempat pariwisata milik swasta. Apapun yang akan mereka lakukan adalah hak mutlak tanpa harus banyak pertimbangan banyak lembaga di atasnya.
Sebenarnya banyak trik sebagai daya dorong masyarakat mengunjungi museum. Namum hal itu tentunya juga akan dipertimbangkan oleh museum sendiri. Sebagai orang di luar lingkungan museum hanya mampu memberikan gambaran, namun tidak ada kewenangan untuk andil dalam pemutusan apa yang akan dikerjakan oleh lembaga tersebut. Problematika soal Museum sangatlah komplek, hal itu yang mendasari juga masyarakat merasa begitu enggan datang ke museum. Yogyakarta adalah kota Budaya dan Pendidikan. Hal ini sebenarnya bisa dimanfaatkan bagi semua pengelola Museum untuk menjadikan museum tempat pendidikan non formal.
Pernahkah terbayangkan oleh para pemangku kebijakan, ketika kemajuan jaman semakin maju kedepan museum hanya akan menjadi sebuah kenangan. Ada alasan lain mengapa berpendapat demikian. Yogyakarta yang notabene kota Buadya, Pariwisata dan Pendidikan masih mengandalkan kota lain dan hal-hal yang baru untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk datang. Saat ini dipungkiri atau tidak, Museum menjadi tujuan wisata paling terakhir untuk didatangi para pelancong atau sekolah-sekolah yang melakukan study Tour ke Yogyakarta. Kenapa hal ini menjadi biasa saja dalam kacamata pemangku kebijakan. Para pelancong lebih kecenderungan akan datang ke pantai, Malioboro atau tempat wisata lain. Bahkan tempat penyimpanan sejarah bangsa itu harus dikaahkan daya tariknya oleh gerai-gerai oleh-oleh maupun toko-toko kaos. Sebagai salah satu bukti kurangnya minat masyarakat untuk datang ke museum adalah dibentuknya duta museum untuk mempromosikan museum itu sendiri. Tetapi yang menjadi pertanyaan, setelah adanya duta, berapa kenaikan prosentase yang datang ke museum untuk belajar atau sekadar melihat benda sejarah.

Sebagai kota wisata mestinya museum-museum di Yogyakarta tidak perlu cemas dalam hal pengunjung. Tetapi kondisi di lapangan ternyata berbading arah dengan semestinya. Salah satu metode yang menarik mungkin, museum harus menjadikan tempat tersebut sebagai tempat pendidikan non formal. Semisal penggalian sejarah benda-benda koleksi museum dan bekerjasama dengan daerah lain. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai wadah-wadah untuk belejar berkesenian bagi warga sekitar museum maupun masyarakat secara luas. Semisal museum kekayon ada pendidikan non formal tentang bagaimana membuat wayang, mendalang atau sejenisnya yang berkaitan dengan dunia wayang. Bagitu juga museum-museum yang lain. Hal itu minimal akan memberikan dampak baik bagi pengetahuan sejarah koleksi museum itu sendiri. Kalau tidak ada terobosan yang membuat masyarakat merasa tertarik untuk datang ke museum, sama halnya museum bunuh diri pelan-pelan. Padahal barang-barang sejarah yang nilainya tidak terhingga itu, tak mempunyai arti lebih berada di museum.
Kemudian langkah selanjutnya adalah kerjasama dengan jasa periwisata”travel” untuk mempromosikan museum sebagai salah satu obyek wisata yang menarik. Sebab keberadaan trevel sangat menguntungkan bagi semua obyek wisata di suatu daerah. Melaluipaket-paket wisata yang ditawarkan pihak travel. Diluar itu promosi pemerintah melalui pameran-pameran keluar daerah juga penting, walau kenyataan saat ini hal itu belum begitu berhasil. Sebab tidak semua barang koleksi dibawa, hal itu hanya sebagai pancingan saja untuk menarik wisatawan datang ke museum karena belum melihat semua koleksi saat pameran di luar museum.
Banyak langkah yang bisa dilakukan pemerintah maupun museum untuk berpromosi. Salah satunya adalah dengan menggunakan media cindera mata yang khas. Sebut saja kaos, gantungan kunci, pin dan lain-lain. Pihak museum harus banyak belajar dari ritel-ritel penjual cinderamata, banyak trik yang bisa dilakukan agar masyarakat juga tertarik dengan cinderamata milik museum. Semisal desain dan kalimat-kalimat yang membuat masyarakat tertarik. Barang-barang itu adalah media promosi dengan dua keuntungan. Keuntungan yang pertama adalah pihak tempat wisata mendapatkan finansial dari penjualan cindera mata tersebut. Sedangkan keuntungan kedua adalah, pada saat cindera mata dipakai oleh yang bersangkutan secara tidak langsung obyek wisata dipromosikan olehnya.Memang perlu pemikiran yang matang ketika akan melakukan spekulasi, sebab semua itu memerlukan anggaran. Namun kalau museum tidak berani memulai dan hanya bersikap mengalir saja, saya yakin benda-benda sejarah yang ada di dalamnya akan semakin dilupakan masyarakat.
Kemudian dalam konteks pendidikan sejarah, museum harus memiliki data penunjang yang komplit dan tertata rapi. Sebab hal itu akan menjadi bidikan para mahasiswa maupun peneliti-peneliti sejarah yang sedang melakukan kajian maupun penelitian. Dengan begitu ketika banyak masyarakat yang berkunjung tidak akan kecewa jika mereka membutuhkan refrensi tentang benda-benda koleksi. Museum juga dituntut mempunyai program untuk masyarakat secara luas dan terbuka, sebab masyarakat akan mendapatkan pengetahuan kebudayaan dari program tersebut. Sebab mengingat latar belakangnya museum adalah sebuah instansi yang unik dan sumber sejarah. Maka dari itu menurut pemikiran saya, kegiatan yang harus dilakukan oleh museum adalah membuat program yang unik dan bernilai sejarah. Membongkar masalah-masalah sejarah dalam bentuk diskusi dan seminar, sambil mensosialisasikan koleksi museum. Tentunya dengan manajemen yang berkualitas. Sebab untuk mencapai tugas mulia museum, sebagai pelestari benda-benda sejarah, manajemen yang baik itu sangat penting. Langkah selanjutnya adalah mensinergikan pemikiran seluruh pamong museum dalam membuat program yang akan diajukan kepada dinas terkait. Sebab hal itu akan menjadi pendukung utama dalam melaksanakan program tersebut.
Dengan langkah itu saya yakin museum akan lebih banyak pengunjung yang datang, sebab hanya museum yang mempunyai program membongkar sejarah. Bagaimana menurut anda?
Daftar pustaka
– Google com
– Bulletin Bandarmasih nomor 23,volume 1 2009
– Buku besar Sejarah Banjar
– Ayatrohedi, SUNDAKALA, Buku cuplikan sejarah sunda.
– Nina h Lubis, Buku “Banten dalam Pergumulan Sejarah
_ Kedaulatan Rakyat, 25 April 2016, Liputan Khusus Museum




Lelah

aku ingin istirahat
seusai mencumbu waktu
bersetuuh dengan jiwa
hingga bathin lesap di ujung senja

2016

Rabu, 10 September 2008

ini sajak bulan ramadhanku


Pertanyaan untuk Tuhan

wahai tuhan yang agung

seberapa besar cinta kau berikan kepada kami

hingga sujud harus menjadi persembahan

padahal tetap saja kami merana

di manakah kau sembunyikan malaikatMu

ketika kami menderita

padahal

sekejap pun kau tak lalai pada kami

haruskah kepada daut, musa, yesus

kami harus mengadu

ataukah kepada sang budha gautama harus menghiba

sementara kaulah tuhan kami

sungguh hanya engkau

wahai tuhan agung

kenapa kau ciptakan manusia, mengaku sebagai nabimu

sementara mohamad, telapakmu yang akhir

sungguh kami tak tau, kemana harus mencariMu

di lorong-lorong zabur kami mengejarMu

tapi hati kami teringat taurad

berlari kami menebas taurad

tapi sungguh, jiwa kami ingin injil

kami jelajahi injil, bayangMu ada di Al-Quran

hingga akhirnya jiwa kami terombang-ambing bagai sampan dalam lautan

kitab-kitab

tuhan kami ingin menemuMu dalam satu kitab.

3 ramadhan 1429 H


Pada suatu malam


mari wahai saudara,

kita giring tuhan ke diskotik

lalu kita suguhkan anggur dan rica-rica musang

hingga mabuk menjadi perjamuan

lantas kita biarkan tuhan bergoyang

dengan irama syair-syair manakib kaum malam

kita gantikan ia barang semalam

sebagai pengatur munajah-munajah manusia

kita jadikan malaikat sebagai pemulung, petani,

pengemis

juga kita bangunkan para nabi dari matinya

kita ciptakan kembali mereka

menjadi para pelacur-pelacur penguras harta rakyat

di istana tuhan yang telah mabuk, kita pesta pora dengan bidadari surga

kita padamkan neraka

para iblis dan setan

kita jadikan malaikat dan nabi

tapi, cukup untuk malam ini

lantas besok pagi kita akan dapati

tuhan terbangun kesiangan dengan sebotol anggur di tangan.

3 ramadhan 1429 H


Dunia para nelangsa



kusaksikan berjuta manusia menggiring tuhan-tuhan

tangannya terikat dengan rantai besi

wajahnya kuyu,

sungguh bagai kambing diarak ke padang rumput

sang budha, sang yesus juga daut

adalah tawanan pengemis, buruh juga pelacur-pelacur

orang-orang tak terima akan nasibnya

dianggap hina oleh tuhan-tuhan itu

o,

nelangsa para tuhan

di bawah terik yang meraja, diguyurnya mereka anggur-anggur duka

beriring sorak-sorak kemenangan

adalah sebuah pertanda

para tuhan merunduk mohon pengampunan

tak ingin menjadikan mereka tersiksa

tapi sayang, tak digubrisnya

hanya sorak membahana sebagai jawabnya

pengemis, buruh dan pelacur-pelacur itu

menganggap hanya janji

seperti tokoh politik sedang kampanye

setelahnya mereka akan melupakan yang diucapnya

dalam terik yang menjadi

mereka tinggalkan para tuhan

sembari menari-nari

adalah ritual kemenangan, sebagai penuntas pengadilan tuhan.

3 ranadhan 1429 H

Ha ha ha..dunia jungkir balik


ha ha ha ha

mari kita arak tuhan dan malaikat

ziarah ke kubur-kubur penjahat, perampok dan pelacur

lihat, wajahnya semuram senja yang gerimis

tuhan itu menangis

di samping nisan mantan perampok yang meninggal ditembak tentara

air matanya merah api neraka

tangisnya bagai orkestra petir-petir

di kubur, para mantan perampok, penjahat dan pelacur

tak sedikitpun terbangun

bencinya telah membatu

menyapa tuhanya pun enggan

tuhan semakin merunduk luka

dadanya mendegup penyesalan

sementara di kolong-kolong kota

rumah-rumah tetap saja ribut kemalingan

para perampok telah menganak-pinakkan ilmunya

sementara di hotel-hotel berbintang

para kiyai asyik berkaraoke

di sampingnya perempuan denngan rok mini

lantas malamnya akan ceramah tentang azab umat yang suka melacur

ha ha ha ha, tuhan menangis

dunia telah jungkir balik

pertanda tuhan tak lagi mampu memimpin

sebagai yang diagung-agungkan.

7 ramadhan 1429 H